Kamis, 31 Mei 2012

ANALISA KREDIT

Analisis kredit merupakan penilaian terhadap suatu permohonan kredit (baik 
permohonan kredit baru, perpanjangan/pembaharuan, maupun restrukturisasi) layak 
atau tidak untuk disalurkan kepada Debitur.

 David K. Eitman menyatakan kedalaman analisis kredit dari Bank bervariasi satu
dengan yang lain. Jadi bergantung pada banyak faktor antara lain faktor persaingan,
faktor sumber daya manusia, kondisi umum ekonomi yang sering sukar diramalkan,
factor socio politics, factor psikologi yang mempengaruhi sikap debitur, factor
kemudahan dalam mengakses data umum dan lain sebagainya.
Analisis kredit sangat penting dalam proses perkreditan, karena proses ini akan
menentukan nasib kredit dikemudian hari, karena itu analisis kredit tidak hanya dapat
dianggap sebagai persyaratan prosedural, tetapi merupakan syarat mutlak.
Dengan adanya analisis kredit ini dapat dicegah secara dini kemungkinan
terjadinya default oleh calon debitur. Default adalah kegagalan nasabah dalam
memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit yang diterimanya (angsuran pokok)
beserta bunga yang sudah disepakati dan sudah diperjanjikan bersama.

Pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, maka
Bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya
dalam bentuk kredit, jika ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang
akan menerima itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang diterimanya.
Kredit pada awalnya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua
belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha
maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus
menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau
mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang
memberikan kredit, secara material dia harus mendapatkan rentabilitas
berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit,
dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena dapat membantu pihak lain
untuk mencapai kemajuan
 Jaminan Kredit yang diberikan nasabah kepada Bank hanyalah
merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat
suatu musibah. Akan tetapi apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan
penelitian secara mendalam, sehingga nasabah sudah dikatakan layak untuk
memperoleh kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga.
Oleh karena itu dalam pemberian kreditnya Bank harus memperhatikan
prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar.
Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus
merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan
kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum
kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh Bank dapat dilakukan dengan
berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan
yaitu dengan analisis 5 C, yang terdiri atas15 :
1. Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon
debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada Bank,
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
benar-benar dapat dipercaya.
2. Capacity (capability), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar kredit dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis
serta kemampuan mencari laba.
3. Capital, dimana untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh Bank.
4. Collateral, merupakam jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan.
5. Condition, dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masingmasing.

 Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di
masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas
kredit oleh Bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh Bank
dikelompokkan kedalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi.
Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karateristik tertentu. Secara
umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh Bank dan dilihat dari berbagai
segi adalah :
1. Dilihat dari segi kegunaan
Maksud dari jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk
melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam
kegiatan atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan
terdapat dua jenis yaitu :
a) Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru di
mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relative lebih
lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan
utama suatu perusahaan .
b) Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh
kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan
proses produksi perusahaan.
2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan
pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuannya adalah :
a) Kredit Produktif , kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha
atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk
diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang
maupun jasa.
b) Kredit Konsumtif., merupakan kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
c) Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya, jenis
kredit ini adalah :
a) Kredit Jangka Pendek, Kredit ini merupakan kredit yang memiliki
jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun
dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b) Kredit Jangka Menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara
satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat
diberikan untuk modal kerja.
c) Kredit jangka Panjang, merupakan kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau lima
tahun. .
4. Dilihat dari segi jaminan, maksudnya adalah setiap pemberian suatu
fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat
berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari
segi jaminan adalah :
a) Kredit Dengan Jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan
suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud atau tidak berwujud.
b) Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur
selama berhubungan dengan Bank yang bersangkutan.
5. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karateristik yang berbeda-beda, oleh karena
itu pemberian fasilitas kredit berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari
sector usaha sebagai berikut :
a) Kredit Pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat.
b) Kredit Peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu
yang relatif pendek.
c) Kredit Industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik
untuk industri kecil, menengah atau besar.
d) Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang
dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas,
minyak atau tambang timah.
e) Kredit Pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa
kredit untuk mahasiswa yang sedang belajar.
f) Kredit Profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti,
dosen, dokter atau pengacara.
g) Kredit Perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
h) Dan sektor-sektor usaha lainnya.

sumber:
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2000
 Nani Triwahyuni.Pelaksanaan Pemberian Analisis Kredit.Skripsi.2008

Jumat, 27 April 2012

ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN


Bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal meliputi baik pendapatan (revenue) maupun kenuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut dengan, penjualan, panghasilan jasa, deviden, royalti dan sewa dengan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran dan salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :


  1. Menurut ilmu ekonomi, Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
  2. Menurut ilmu akuntansi, Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.


Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor. Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk meakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan dimasa depan dengan menggunakan suatu tingkat bunga tersirat (imputed). tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang paling mudah ditentukan dari :

1.    Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; atau
2.    Suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa. 

Pengakuan pendapatan. Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.

Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
Dua Aspek Pendanaan:
Aspek Fisik : Pendapatan adalah hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba
Aspek moneter pendapatan adalah aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Karakteristik Pendapatan :
P&L menyatakan bahwa pendapatan dapat ditinjau dari 2 aspek : FISIK & MONETER
  1. Aspek fisik : pendapatan adalah hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba
  2. Aspek moneter : pendapatan adalah aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
  3. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari ekuitas peserta. (IAS 18,7).
    Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan diterimanya piutang.(IAS 18,9)
  4. Pengakuan PendapatanPencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan.
    Dua konsep penting:
    Pembentukan pendapatan (earning of revenue)
    Realisasi pendapatan (realization of revenue)
  5. Saat Pengakuan Pendapatan
    Berbagai gagasan:
    Saat kontrak penjualan disepakati
    Selama proses produksi secara bertahap
    Saat produksi selesai
    Saat penjualan
    Saat kas terkumpul
  6. A. Permintaan
    Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu komoditi pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu
  7. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan :
    Harga barang yang bersangkutan (Px)
    Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
    Tingkat pendapatan (I)
    Selera / kebiasaan (T)
    Jumlah penduduk (Pen)
    Perkiraan harga komoditi yang bersangkutan dimasa mendatang (Pxe)
    Distribusi pendapatan (Dist)
    Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan (Prom)
  8. Hukum permintaan
    Permintaan suatu barang akan meningkat jika harga barang tersebut turun dan permintaan barang akan turun jika harga barang tersebut naik, ceterisparibus.
    (Ceterisparibus berarti faktor selain harga komoditi yang bersangkutan dipertahankan konstan / tidak berubah)
  9. Kasus – kasus pergeseran kurva permintaan
    Berubahnya harga komoditi substitusi
    Berubahnya harga komoditi komplemen
    Berubahnya pendapatan masyarakat
    Berubahnya selera
    Berubahnya jumlah penduduk
    perkiraan harga X dimasa mendatang
    Upaya produsen meningkatkan penjualan
  10. B. Penawaran (Supply-Sx)
    Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu
  11. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran :
    Harga barang yang bersangkutan (Px)
    Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
    Harga faktor produksi (Pi)
    Biaya produksi (Bp)
    Teknologi (Ti)
    Jumlah pedagang (Jp)
    Tujuan perusahaan (Tp)
    Kebijakan pemerintah (Kp)
  12. Kasus perubahan penawaran (pergeseran kurva penawaran):
    Biaya produksi naik (jumlah penawaran berkurang dan kurva penawaran bergeser ke kiri)
    Diskusikan di kelas untuk kasus:
    Harga barang substitusi naik
    Terdapat kemajuan teknologi produksi
    Harga bahan baku naik
    Harga barang komplemen turun
  13. Keseimbangan pasar (market equilibrium):
    Keseimbangan pasar adalah suatu kondisi dimana ditandai dengan tidak terjadinya kelebihan penawaran (excess suplly) karena harga terlalu tinggi atau kelebihan permintaan (excess demand) karena harga terlalu rendah
    Secara matematik, QSx = QDx
Sumber pendapatan :
  1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang obligasi dan pemegang saham.
  2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang perusahaan.
  3. hadiah , sumbangan atau penemuan
  4. revaluasi aktiva
  5. penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk
Proses terbentuk dan terealisasinya pendapatan :
  1. EARNING PROCESS (proses pembentukan pendapatan) = konsep terjadinya pendapatan .Pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan piutang).
  2. REALIZATION PROCESS (proses realisasi pendapatan) .Pendapatan dianggap terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terjual langsung / atas dasar kontrak penjualan.

Daftar Pustaka :
-       Ikatan Akuntansi Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2004.Jakarta:Salemba  Empat, 2004
-       http://d3vi3.wordpress.com/2011/04/05/analisa-perubahan-pendapatan/

Minggu, 01 April 2012

BEP (BREAK EVEN POINT)

1. Pengertian Break Even Point

Break Even point atau BEP (titik impas) adalah suatu kondisi dimana jumlah pendapatan dan jumlah pengeluaran adalah seimbang, sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

2. Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)

Konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut:

1 Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2 Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3 Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4 Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
5 Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.

3. Manfaat BEP

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

1 Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3 Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4 Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen antara lain :

1 Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu
2 Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam gambar Break Even .
3 Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.
4 Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu perusahaan.

Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :

1 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
2 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
3 BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan.
4 BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

4. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

5. Rumus dan Contoh Soal BEP

Secara umum perhitungan BEP adalah menyamakan nilai Total Pendapatan (TR) dan Nilai Total Biaya (TC).

1. Nilai Total Pendapatan (TR= total revenue) adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang (Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q (1) , dimana TR adalah total revenue (total Pendapatan ) , P adalah Harga jual produk dan Q adalah jumlah barang.

2. Nilai Total Biaya(TC=Total Cost) adalah merupakan jumlah biaya total yang diperlukan untuk suatu produk. Total biaya adalah merupakan jumlah dari biaya Tetap (Fixced Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost). Biaya tetap adalah merupakan jumlah dari komponen biaya yang jumlahnya relative tetap pada setiap periode, baik periode bulan atau tahun. Biaya Variabel adala komponen biaya yang jumlahnya bervariasi tergantung pada jumlah barang yang diproduksi. Jadi jika dirumuskan maka
TC = FC + V.Q (2); Dimana TC adalah total biaya, FC adalah biaya tetap dan V adalah biaya Variabel dan Q adalah jumlah barang
Break event point didapatakan ketika jumlah Pendapatan sama dengan jumlah Biaya, atau TR= TC. Jika persamaan 1 dan 2 dimasukan maka P.Q = FC+V.Q ; Q(P-V)=FC ; dan Q = FC/(P-V). dimana Q adalah jumlah barang , FC adalah biaya tetap , V adalah biaya Variabel dan P adalah harga barang.

Dalam aplikasi bisnis maka rumusan diatas sudah dapat memberikan gambaran umum perhitungan BEP , tetapi belum dapat langsung untuk diterapkan. Sebagai contoh dalam menentukan biaya tetap, maka harus dilakukan break down lagi , komponen biaya apakah yang dapat dimasukan ke dalam golongan Biaya tetap. Begitu pula ketika menetukan biaya variable yang merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan biaya produksi. Diperlukan analisa yang detail dan cermat untuk menentukan komponen masing-masing biaya. Hal ini juga dikarenakan komponen biaya pada masing masing produk adalah berbeda beda.

Sebagai contoh ilustrasi adalah menghitung break event point untuk usaha Penjualan Roti Donat, maka komponen biaya tetap dan biaya variable dapat dikelompokan sebagai berikut:

Biaya Variabel :
Tepung terigu : Rp. 1.000
Telor : Rp. 500
Mentega : Rp. 500
Vanili : Rp. 500
Gula : Rp. 1.000
Fermipan/ragi roti : Rp. 1.000
Mesis coklat : Rp. 1.000
Minyak goreng : Rp. 1.000
LPG : Rp. 1.000 +
_______________
Total : Rp. 7.500
Provit : Rp. 1.000
Harga per biji : Rp. 8.500

Biaya Tetap :
PDAM : Rp. 20.000
Listrik : Rp. 30.000
Gaji : Rp. 300.000
Peralatan : Rp. 50.000
Sewa Tempat : Rp. 100.000 +
_________________
Total Rp. 500.000
TR = Tc
P.Q = FC + VQ
8.500 Q = 500.000 + 7.500 Q
8.500 Q – 7.500 Q = 500.000
1.000 Q = 500.000
Q = 500 per biji

6. Keterbatasan Sistem Break Even Point

Menurut Mulyadi Keterbatasan system break even point adalah sebagai berikut :

1 Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2 Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3 Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4 Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.


Sumber :
- http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2011/10/10/analisis-pulang-pokok-break-event-point-bep/
- http://www.kamusekonomi.com/bep-break-even-point.html
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/BEP.pdf
- http://andicarissa.wordpress.com/2011/12/21/break-even-point-bep-sebagai-dasar-perencanaan-laba/

Sabtu, 17 Maret 2012

ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

Laporan keuangan merupakan pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Mulanya laporan keuangan utama perusahaan adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi, tetapi belakangan ini lahirlah Laporan Modal Kerja atau Laporan Surnber dan Penggunaan Modal Kerja. Untuk membiayai operasi perusahaan perlu adanya modal kerja yang diharapkan akan dapat kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ini erat kaitannya dengan tingkat likuiditas dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan sejumlah aktiva-aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Ada beberapa macam rasio dalam menilai likuiditas yaitu Current Ratio, Acid Test Ratio dan Cash Ratio.

Salah satu analisis laporan keuangan adalah analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja yaitu suatu analisis tentang darimana sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan. Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Dari laporan sumber dan penggunaan modal kerja ini akan membantu manajer keuangan dalam melaksanakan kegiatan perusahaannya dalam hal menentukan jumlah dana yang harus tersedia dan untuk dapat melihat asal; sumber dana itu diperoleh. Selain itu, laporan tersebut dapat juga membantu manajer keuangan dalam merencanakan berapa penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila perusahaan kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal kerja terus-menerus yang tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Sumber dan penggunaan modal kerja merupakan analisa yang bisa dijadikan acuan dalam mengambil keputusan yang tepat yaitu dengan analisa sumber dan penggunaan modal kerja pimpinan bisa men getahui komposisi-komposisi modal kerja bersumber dari mana dan digunakan untuk apa, sehingga pimpinan bisa menggambarkan keadaan modal kerja itu sendiri. Peputaran modal kerja yang efektif membantu kelancaraan operasi perusahaan dalam membiayai operasi sehari-hari. penggunaan modal kerja yang teratur salah satu alat yang membantu penggunaan modal kerja yang efiesien, sehingga bagi manajemen keuangan mempermudah dalam mengambil keputusan.

Dengan adanya modal kerja yang cukup perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Jika aktivitasnya lancar maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan. Selain itu, dengan penggunaan modal kerja yang lebih optimal akan menguntungkan bagi perusahaan sehingga dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimilki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. ”Modal Kerja adalah suatu investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), Piutang Dagang dan Persediaan”. (Houston & Brigham, 2006; 131).
“Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap jangka pendek” (Djarwanto, 2005; 87).
Dari kedua definisi di atas, menunjukan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dipergunakan juga untuk operasi perusahaan tersebut. Di bawah ini diterangkan tiga konsep dasar atau definisi dari modal kerja menurut (S. Munawir, 2007, 114-116) yaitu

a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.

b Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.

c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.
h. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut.
a. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan.
b. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
c. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya.
d. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.
e. Akumulasi dana sementara mennunggu investasi, ekspansi, dan lain-lain.

Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Adanya kerugian usaha. Penyebab adanya kerugian usaha adalah (a) volume penjualan yang tidak efisien relative dibandingkan dengan harga pokok penjualan, (b) tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualandan biaya usaha, (c) banyaknya kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, (d) kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualan/penghasilan, (e) biaya naik sementara penjualan menurun. Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada sementara biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban penyusutan, depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di tahan (retained earnings).
b. Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.
c. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan metode produksi baru strategi penjualan baru, dan sebagainya.
d. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka panjang).
e. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena harapan keuangan terus membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran dividen seperti tahun-tahun sebelumnya.
f. Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persedian barang dan aktiva tetap serta membelanjai penjualan kredit dalam volume fisik yang sama.
g. Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak menyisihkan sebagai pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.

1. Sumber Modal Kerja
Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut.

a. Bagian modal kerja yang realatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
1. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya.
2. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.

Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam:
1. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi musim.
2. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu (Bambang Rianto, 1981:52).

Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut.
a. Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasi-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus di gunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba-rugi perusahaan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos ”surat-surat berharga” menjadi pos ”kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaiknya, jika terjadinya kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (extraordinary item).
d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperluakn sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman
jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya.
e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantunagn akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya, makanya adanya credit rating yang tingi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting.
f. Kredit dari supplier atau trade creditor
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa biasa di beli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu yang harus di lunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.

2. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen).
b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan).
c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas.
d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.
e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang.
f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.


Apabila didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar (noncurrent accounts).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan sumber-sumber penggunaan dana dalam arti modal kerja adalah :
a. Menyusun laporan modal kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara 2 titik waktu tersebut, kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang memperkecil modal kerja.
c. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan perubahannya merupakan efek memperbesar modal kerja dan golongan kerja yang memperkecil modal kerja.
Berdasarkan informasi tersebut dapatlah disusun sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.

Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja, misalnya antara perusahaan jasa dengan perusahaan industri ataupun perusahaan perdagangan. Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan di bidang jasa ataupun perdagangan, karena dalam produksi barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjamin seluruh kelancaran-kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang kebutuhan modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi. Sama halnya dengan perusahaan jasa yang hanya membutuhkan modal kerja relatif karena investasi yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi kas relatif cepat.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga beli per unit barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga beli per unit barang yang akan dijual akan semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
Jika syarat kredit diterima perusahaan pada waktu pembelian menguntungkan, berarti makin sedikit uang kas yang harus diivestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, demikian pula sebaliknya. Di samping itu modal kerja yang di pengaruhi oleh syarat penjual barang, dimana semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Dan untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan resiko piutang tak tertagih perusahaan biasanya memberikan potongan tunai.
3. Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan bahwa berapa kali persedian tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan akan semakin rendah.
Semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan piutang.
4. Tingkat Perputaran Piutang
Besarnya modal kerja yang dibutuhkan juga tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk menjadikan piutang menjadi uang kas. Waktu penarikan yang lebih singkat akan memperkecil modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut.
5. Pengaruh Konjungtor
Pada periode makmur aktifitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang yang lebih banyak karena harga yang masih rendah. Dengan meningkatnya persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak. Tetapi pada periode depresi, perusahaan berusaha secepatnya menjual barang-barangnya dan menagih pembayaran atas piutang-piutangnya kemudian uang yang diperoleh dimanfaatkan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi hutang-hutang atau menutup kerugian.
6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Resiko kerugian yang semakin besar sebagai akibat menurunnya nilai dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menyebabkan semakin besar pula jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk membayar harga dan melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo.
7. Pengaruh Musim
Perusahaan yang penjualannya dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang maksimum untuk periode relatif pendek. Modal kerja dalam bentuk persedian barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelaskan puncak penjualannya.
8. Kredit Rating dari Perusahaan
Jumlah modal kerja baik kas maupun surat-surat berharga yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.

Penyediaan uang kas ini tergantung pada empat hal yaitu:
a. Credit ranting dari suatu perusahaan (yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam meminjam uang untuk keperluan kas dalam jangka pendek).
b. Perputaran persediaan
c. Perputaran Piutang
d. Kesempatan memperoleh potongan harga dalam pembelian


Sumber :
- http://pustakaonline.wordpress.com/2008/03/21/analisis-laporan-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja-dan-tingkat-likuiditas-perusahaan-studi-perbandingan-pada-perusahaan-rokok-yang-go-public/
- http://y0s3.wordpress.com/2010/01/11/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja/
- http://proposal-skripsi-ekonomi-keuangan.blogspot.com/
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/Modal%20Kerja.pdf

Sabtu, 10 Maret 2012

Flowchart diawali Kas dan diakhiri Kas






sumber :
- google, gambar

ESTIMASI BUDGET KAS

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas, oleh karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu perusahaan. Kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut sebenarnya selain untuk menghasilkan kas, juga menggunakan kas tersebut, termasuk diantaranya untuk pembelian bahan mentah, pembayaran utang yang telah jatuh tempo, pembayaran gaji karyawan, pengeluaran untuk biaya- biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya iklan, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran biaya lainnya atau dapat dikatakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari – hari. Keputusan dari manajemen dalam menyimpan uang kas, baik disimpan di perusahaan maupun di bank bertujuan untuk membiayai kegiatan operasionalnya pada saat ini untuk memperoleh uang yang akan dibayarkan di masa mendatang. Kas akan berguna dan produktif apabila kas tersebut dikeluarkan untuk digunakan membiayai kegiatan opersionalnya. Begitu diputuskan untuk digunakan, perusahaan berharap bahwa kapasitas perusahaan yang diciptakan dengan pengeluaran tersebut bisa dirasakan hari ini, sebulan, setahun mendatang.

Salah satu rencana kegiatan yang dibuat oleh manajemen dalam upaya menentukan kas minimal ini ialah dengan menyusun Anggaran Kas (Cash Budget) adalah gambaran seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang pada rencana-rencana keuangan perusahaan yang dapat mengestimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang, atau kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan bagian dari Financial planning. Budget kas dapat ditentukan kapan dan beberapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan serta jangka waktu kreditnya, kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukan kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasi perusahaan.

Bambang Riyanto (1996 : 97) menyatakan bahwa cash budget adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang.
Sedangkan menurut Erich a. Helfert (1997 : 128 ) menyatakan bahwa anggaran kas adalah sarana perencanaan bulan demi bulan atau minggu demi minggu yang sangat spesifik, biasanya disusun oleh staf keuangan suatu perusahaan.
M. Munandar (2001 : 311) mengemukakan bahwa cash budget adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan dating, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.
Dari ketiga pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cash budget adalah suatu perencanaan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk mengetahui kapan akan terjadi surplus dan deficit untuk suatu periode yang akan datang.

Cash Budget dapat membantu manajemen di dalam mengatasi perubahan- perubahan yang dapat mempengaruhi posisi kas yang mungkin membahayakan kredit kas yang beredar. Oleh karena itu, penyusunan Cash Budget bagi perusahaan cukup penting guna menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Makin besar jumlah kas dalam perusahaan artinya perusahaan tersebut semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Dengan Cash Budget pula akan dapat diketahui apabila terdapat perbedaan di dalam waktu dan volume aliran kas masuk (Cash Inflow) dan aliran kas keluar (Cash Outfow) yang dapat menimbulkan kesulitan, karena hal ini berpengaruh terhadap besarnya uang kas yang tertahan di dalam perusahaan.

Tahap-tahap penyusunan Budget Kas :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan (Operating Transaction). Pada tahap ini akan diketahui apakah surplus atau defisit.
2. Menyusun perkiraan kebutuhan dana serta sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup defisit. Serta disusun estimasi pembayaran bunga maupun angsuran baik jumlah maupun waktunya (Finacial Transaction).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan baik transaksi operasionil maupun transaksi finansiil dalam Budget final (gabungan).

Menurut Riyanto (1980:90), tahap-tahap dalam penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan, transaksi-transaksi disini merupakan operasi (operation transaction) pada tahun ini dapat diketahui adanya defisit/surplus karena rencana operasi perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang operasi perusahaan juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayaran kembali, transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi finansial (financial transactions)
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial, dan anggaran kas yang final merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas secara keseluruhan.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut diperlukan suatu transaksi keuangan.

Masukan kunci dari Budget kas adalah ramalan penjualan atau sales forecast yang diberikan oleh bagian penjualan. Berdasarkan ramalan tersebut disusunlah estimasi cash flow bulanan.

Kegunaan Budget Kas bagi perusahaan adalah (Alwi,1993) adalah:
a. Dapat dipergunakan untuk mengantisipasi kebutuhan dana karena defisit atau surplus.
b. Dapat dipergunakan untuk mencapai target dan mengukur keberhasilan.
c. Dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
d. kegiatan.

Penyusunan anggaran merupakan proses yang dilakukan untuk menyusun budget untuk jangka waktu tertentu, umumnya untuk jangka waktu mingguan, bulanan, tahunan atau jangka waktu tertentu.

Penyusunan anggaran sebagai alat bantu manajemen, maka dapat dijadikan pedoman bagi pihak manajemen dalam melaksanakankegiatan operasional perusahaan.

Maksud dari penyusunan budget kas
- Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan
- Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasinya perusahaan
- Saat-saat kapan kredit dibayar kembali

Budget kas dapat disusun untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti bulan, kwartalan, atau enam bulan yang terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, deviden, hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan lain-lain.
b. Estimasi pengeluaran kas yang dipergunakan untuk pembelian bahan mentah, pembayaran gaji/upah karyawan, pembayaran hutang-hutang, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga, pembayaran deviden, premi asuransi, pajak, pembelian aktiva tetap, dan biaya-biaya lain.
Salah satu anggaran yang penting dibuat oleh setiap perusahaan adalah penyusunan Anggaran Kas (Cash Budget) berikut pengertian Cash Budget antara lain :

“Budget Kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang”
(1998;97)

Penyusunan Anggaran Kas (Cash Budget) bagi perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun angggaran kas (Cash Budget) dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas.

Pada dasarnya anggaran kas (Cash Budget) dapat dibedakan menjadi 2 bagian :
a) Bagian pertama berupa estimasi penerimaan kas yang terdiri dari penerimaan operasional dan penerimaan non operasional.
b) Bagian kedua berupa estimasi pengeluaran kas yang antara lain terdiri dari pengeluaran operasional dan pengeluaran non operasional.


Sumber:

- Adolphino Nainggolan SE,MSI. Analisa laporan keuangan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
- http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063181-pengertian-cash-budget-anggaran-kas/#ixzz1oVCEUEgf
- jbptunikompp-gdl-s1-2004-irmarahmay-612-BAB+I+SK-I