Minggu, 01 April 2012

BEP (BREAK EVEN POINT)

1. Pengertian Break Even Point

Break Even point atau BEP (titik impas) adalah suatu kondisi dimana jumlah pendapatan dan jumlah pengeluaran adalah seimbang, sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

2. Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)

Konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut:

1 Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2 Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3 Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4 Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
5 Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.

3. Manfaat BEP

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

1 Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3 Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4 Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen antara lain :

1 Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu
2 Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam gambar Break Even .
3 Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.
4 Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu perusahaan.

Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :

1 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
2 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
3 BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan.
4 BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

4. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

5. Rumus dan Contoh Soal BEP

Secara umum perhitungan BEP adalah menyamakan nilai Total Pendapatan (TR) dan Nilai Total Biaya (TC).

1. Nilai Total Pendapatan (TR= total revenue) adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang (Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q (1) , dimana TR adalah total revenue (total Pendapatan ) , P adalah Harga jual produk dan Q adalah jumlah barang.

2. Nilai Total Biaya(TC=Total Cost) adalah merupakan jumlah biaya total yang diperlukan untuk suatu produk. Total biaya adalah merupakan jumlah dari biaya Tetap (Fixced Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost). Biaya tetap adalah merupakan jumlah dari komponen biaya yang jumlahnya relative tetap pada setiap periode, baik periode bulan atau tahun. Biaya Variabel adala komponen biaya yang jumlahnya bervariasi tergantung pada jumlah barang yang diproduksi. Jadi jika dirumuskan maka
TC = FC + V.Q (2); Dimana TC adalah total biaya, FC adalah biaya tetap dan V adalah biaya Variabel dan Q adalah jumlah barang
Break event point didapatakan ketika jumlah Pendapatan sama dengan jumlah Biaya, atau TR= TC. Jika persamaan 1 dan 2 dimasukan maka P.Q = FC+V.Q ; Q(P-V)=FC ; dan Q = FC/(P-V). dimana Q adalah jumlah barang , FC adalah biaya tetap , V adalah biaya Variabel dan P adalah harga barang.

Dalam aplikasi bisnis maka rumusan diatas sudah dapat memberikan gambaran umum perhitungan BEP , tetapi belum dapat langsung untuk diterapkan. Sebagai contoh dalam menentukan biaya tetap, maka harus dilakukan break down lagi , komponen biaya apakah yang dapat dimasukan ke dalam golongan Biaya tetap. Begitu pula ketika menetukan biaya variable yang merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan biaya produksi. Diperlukan analisa yang detail dan cermat untuk menentukan komponen masing-masing biaya. Hal ini juga dikarenakan komponen biaya pada masing masing produk adalah berbeda beda.

Sebagai contoh ilustrasi adalah menghitung break event point untuk usaha Penjualan Roti Donat, maka komponen biaya tetap dan biaya variable dapat dikelompokan sebagai berikut:

Biaya Variabel :
Tepung terigu : Rp. 1.000
Telor : Rp. 500
Mentega : Rp. 500
Vanili : Rp. 500
Gula : Rp. 1.000
Fermipan/ragi roti : Rp. 1.000
Mesis coklat : Rp. 1.000
Minyak goreng : Rp. 1.000
LPG : Rp. 1.000 +
_______________
Total : Rp. 7.500
Provit : Rp. 1.000
Harga per biji : Rp. 8.500

Biaya Tetap :
PDAM : Rp. 20.000
Listrik : Rp. 30.000
Gaji : Rp. 300.000
Peralatan : Rp. 50.000
Sewa Tempat : Rp. 100.000 +
_________________
Total Rp. 500.000
TR = Tc
P.Q = FC + VQ
8.500 Q = 500.000 + 7.500 Q
8.500 Q – 7.500 Q = 500.000
1.000 Q = 500.000
Q = 500 per biji

6. Keterbatasan Sistem Break Even Point

Menurut Mulyadi Keterbatasan system break even point adalah sebagai berikut :

1 Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2 Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3 Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4 Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.


Sumber :
- http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2011/10/10/analisis-pulang-pokok-break-event-point-bep/
- http://www.kamusekonomi.com/bep-break-even-point.html
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/BEP.pdf
- http://andicarissa.wordpress.com/2011/12/21/break-even-point-bep-sebagai-dasar-perencanaan-laba/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar