Laporan keuangan merupakan pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Mulanya laporan keuangan utama perusahaan adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi, tetapi belakangan ini lahirlah Laporan Modal Kerja atau Laporan Surnber dan Penggunaan Modal Kerja. Untuk membiayai operasi perusahaan perlu adanya modal kerja yang diharapkan akan dapat kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ini erat kaitannya dengan tingkat likuiditas dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan sejumlah aktiva-aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Ada beberapa macam rasio dalam menilai likuiditas yaitu Current Ratio, Acid Test Ratio dan Cash Ratio.
Salah satu analisis laporan keuangan adalah analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja yaitu suatu analisis tentang darimana sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan. Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Dari laporan sumber dan penggunaan modal kerja ini akan membantu manajer keuangan dalam melaksanakan kegiatan perusahaannya dalam hal menentukan jumlah dana yang harus tersedia dan untuk dapat melihat asal; sumber dana itu diperoleh. Selain itu, laporan tersebut dapat juga membantu manajer keuangan dalam merencanakan berapa penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila perusahaan kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal kerja terus-menerus yang tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sumber dan penggunaan modal kerja merupakan analisa yang bisa dijadikan acuan dalam mengambil keputusan yang tepat yaitu dengan analisa sumber dan penggunaan modal kerja pimpinan bisa men getahui komposisi-komposisi modal kerja bersumber dari mana dan digunakan untuk apa, sehingga pimpinan bisa menggambarkan keadaan modal kerja itu sendiri. Peputaran modal kerja yang efektif membantu kelancaraan operasi perusahaan dalam membiayai operasi sehari-hari. penggunaan modal kerja yang teratur salah satu alat yang membantu penggunaan modal kerja yang efiesien, sehingga bagi manajemen keuangan mempermudah dalam mengambil keputusan.
Dengan adanya modal kerja yang cukup perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Jika aktivitasnya lancar maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan. Selain itu, dengan penggunaan modal kerja yang lebih optimal akan menguntungkan bagi perusahaan sehingga dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimilki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. ”Modal Kerja adalah suatu investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), Piutang Dagang dan Persediaan”. (Houston & Brigham, 2006; 131).
“Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap jangka pendek” (Djarwanto, 2005; 87).
Dari kedua definisi di atas, menunjukan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dipergunakan juga untuk operasi perusahaan tersebut. Di bawah ini diterangkan tiga konsep dasar atau definisi dari modal kerja menurut (S. Munawir, 2007, 114-116) yaitu
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
b Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.
c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.
h. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut.
a. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan.
b. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
c. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya.
d. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.
e. Akumulasi dana sementara mennunggu investasi, ekspansi, dan lain-lain.
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Adanya kerugian usaha. Penyebab adanya kerugian usaha adalah (a) volume penjualan yang tidak efisien relative dibandingkan dengan harga pokok penjualan, (b) tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualandan biaya usaha, (c) banyaknya kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, (d) kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualan/penghasilan, (e) biaya naik sementara penjualan menurun. Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada sementara biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban penyusutan, depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di tahan (retained earnings).
b. Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.
c. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan metode produksi baru strategi penjualan baru, dan sebagainya.
d. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka panjang).
e. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena harapan keuangan terus membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran dividen seperti tahun-tahun sebelumnya.
f. Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persedian barang dan aktiva tetap serta membelanjai penjualan kredit dalam volume fisik yang sama.
g. Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak menyisihkan sebagai pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.
1. Sumber Modal Kerja
Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut.
a. Bagian modal kerja yang realatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
1. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya.
2. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.
Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam:
1. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi musim.
2. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu (Bambang Rianto, 1981:52).
Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut.
a. Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasi-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus di gunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba-rugi perusahaan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos ”surat-surat berharga” menjadi pos ”kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaiknya, jika terjadinya kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (extraordinary item).
d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperluakn sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman
jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya.
e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantunagn akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya, makanya adanya credit rating yang tingi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting.
f. Kredit dari supplier atau trade creditor
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa biasa di beli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu yang harus di lunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
2. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen).
b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan).
c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas.
d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.
e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang.
f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.
Apabila didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar (noncurrent accounts).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan sumber-sumber penggunaan dana dalam arti modal kerja adalah :
a. Menyusun laporan modal kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara 2 titik waktu tersebut, kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang memperkecil modal kerja.
c. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan perubahannya merupakan efek memperbesar modal kerja dan golongan kerja yang memperkecil modal kerja.
Berdasarkan informasi tersebut dapatlah disusun sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.
Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja, misalnya antara perusahaan jasa dengan perusahaan industri ataupun perusahaan perdagangan. Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan di bidang jasa ataupun perdagangan, karena dalam produksi barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjamin seluruh kelancaran-kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang kebutuhan modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi. Sama halnya dengan perusahaan jasa yang hanya membutuhkan modal kerja relatif karena investasi yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi kas relatif cepat.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga beli per unit barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga beli per unit barang yang akan dijual akan semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
Jika syarat kredit diterima perusahaan pada waktu pembelian menguntungkan, berarti makin sedikit uang kas yang harus diivestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, demikian pula sebaliknya. Di samping itu modal kerja yang di pengaruhi oleh syarat penjual barang, dimana semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Dan untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan resiko piutang tak tertagih perusahaan biasanya memberikan potongan tunai.
3. Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan bahwa berapa kali persedian tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan akan semakin rendah.
Semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan piutang.
4. Tingkat Perputaran Piutang
Besarnya modal kerja yang dibutuhkan juga tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk menjadikan piutang menjadi uang kas. Waktu penarikan yang lebih singkat akan memperkecil modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut.
5. Pengaruh Konjungtor
Pada periode makmur aktifitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang yang lebih banyak karena harga yang masih rendah. Dengan meningkatnya persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak. Tetapi pada periode depresi, perusahaan berusaha secepatnya menjual barang-barangnya dan menagih pembayaran atas piutang-piutangnya kemudian uang yang diperoleh dimanfaatkan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi hutang-hutang atau menutup kerugian.
6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Resiko kerugian yang semakin besar sebagai akibat menurunnya nilai dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menyebabkan semakin besar pula jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk membayar harga dan melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo.
7. Pengaruh Musim
Perusahaan yang penjualannya dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang maksimum untuk periode relatif pendek. Modal kerja dalam bentuk persedian barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelaskan puncak penjualannya.
8. Kredit Rating dari Perusahaan
Jumlah modal kerja baik kas maupun surat-surat berharga yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.
Penyediaan uang kas ini tergantung pada empat hal yaitu:
a. Credit ranting dari suatu perusahaan (yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam meminjam uang untuk keperluan kas dalam jangka pendek).
b. Perputaran persediaan
c. Perputaran Piutang
d. Kesempatan memperoleh potongan harga dalam pembelian
Sumber :
- http://pustakaonline.wordpress.com/2008/03/21/analisis-laporan-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja-dan-tingkat-likuiditas-perusahaan-studi-perbandingan-pada-perusahaan-rokok-yang-go-public/
- http://y0s3.wordpress.com/2010/01/11/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja/
- http://proposal-skripsi-ekonomi-keuangan.blogspot.com/
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/Modal%20Kerja.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar