Sabtu, 16 April 2011

Peringatan Al-Qur’an Mengenai Syahwat

Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan manusia agar tidak tenggelam dan larut dalam syahwat. Dia menjelaskan bahwa mengikuti syahwat hanya akan menyisakan kerugian yang nyata di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (generasi yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)


Dalam Tafsir Al-Muntakhab dijelaskan bahwa “fasaufayalqauna ghayyan” bahwa mereka kelak mendapatkan balasan atas kesesatan dan kemaksiatan mereka baik di dunia maupun di akhirat. 1] Tafsir Al-Muntakhab, hlm.45

Orang-orang yang dililit oleh aliran syahwat diidentifikasi sebagai orang yang sama sekali tidak menyukai kebaikan bagi kaum muslimin. Sungguh mereka menyimpang dari rel dan koridor yang benar dan sungguh buruk (jahat) apa yang mereka niatkan, sebagaimanadisebutkan dalam firman Allah,

“Sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (An-Nisaa’: 27)

Allah menghendaki agar orang-orang beriman memalingkan pandangan mereka dari fatamorgana syahwat keduniawian pada sesuatu yang lebih utama, sebagaimana firman-Nya,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali ynag baik (surge). Katakanlah; “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah; Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya.” (Ali Imran: 14-15)

Terjerumusnya manusia pada budaya syahwat disebabkan oleh ketundukannya pada hawa nafsu “ammaratu bissu`” cendrung mengajak pada keburukan). Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi peringatan keras pada siapa saja yang memperturutkan hawa nafsu. Akibatnya, manusia menyimpang dari aturan dan jalan Tuhan yang Maha Pengasih, manusia yang seperti itu layak disebut binatang. 2] Bahkan, mereka lebih sesat dari binatang, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Al-Furqan: 44)

Orang-orang ynag diperbudak oleh hawa nafsunya juga dimasukkan dalam kelompok orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, sebagaimana firman-Nya,

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaukannya diulurkannya lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Al-A’raf: 175-176)

Orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu lebih berpeluang besar untuk tersesat, dan menjauhkan diri mereka dari kebenaran, karena merelakan diri mereka mengikuti kebatilan. 3] Diambil dari tafsir Al-Muntakhab secara ringkas.

Allah berfirman, “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka), dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang ynag zhalim.” (Al-Qashaah: 50)

Allah juga berfirman, “Maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Shaad: 26)

Allah juga berfirman, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al-Jatsiyah: 23)

Sungguh, telah nyata bahwa mengikuti hawa nafsu merupakan sebab terjerumusnya manusia dalam kesesatan dan penyimpangan dari keadilan, Allah berfirman “Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.” (An-Nisaa’: 135)

Telah dijelaskan pula bahwa hawa nafsu merupakan penghalang seseorang untuk masuk ke dalam surge, maka tidak seorang pun yang memasuki surga kecuali dia telah membersihkan dirinya dari segala kerak hawa nafsu yaitu dengan cara menaklukannya.

Allah berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 40-41)

Allah juga mengingatkan agar tidak menaati atau terpengaruh dengan orang yang mengikuti hawa nafsunya karena segala perbuatannya jauh dari kebenaran, sebagaimana firman Allah,
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Telah dijelaskan bahwa hawa nafsu , jika telah mendiami dan melembaga di hati manusia akan menyebabkannya terjatuh dari petunjuk Allah, sehingga dia menjadikan tandingan yang disembah selain Allah, matanya terbutakan dari menyorot kebenaran dan gendang telinganya tuli tidak dapat mendengar kebenaran.

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Al-Furqan: 43-44)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkategorikan orang yang mengikuti hawa nafsu sebagai orang telah berpali dari kepentingan akhirat, dan siapa saja yang meniti jalan mereka niscaya akan ikut binasa dan merugi dunia dan akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan dating Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang y6ang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa.” (Thaha: 15-16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar