Sabtu, 16 April 2011

FUNGSI AL-QUR’AN

1. Al-Qur’an sebagai hudan (petunjuk).

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS. 2:2)

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak umat islam tidak menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk. Misalnya saja masih banyak umat islam yang melaksanakan praktik ritual yang sebenarnya merupakan praktik kehidupan animism dan dinamisme seperti upacara penanaman kepala kerbau, upacara ruwatan (akhir-akhir ini sering dikelola oleh paranormal), dan pernik-pernik acara pernikahan yang tidak dituntunkan oleh islam.

2. Al-Qur’an sebagai furqon (pembeda)

Maksud Al-Qur’an sebagai furqon adalah Al-Qur’an sebagai juklak untuk mementukan mana yang haq dan mana yang bathil.

Pelaksanaan praktik ibadah yang bukan dari ajatran islam oleh sebagian kaum muslimin menunjukkan bahwa banyak umat Islam (tanpa disadari) tidak mempunyai furqon karena tidak menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk. Mereka tidak tahu mana yang haq – yang berasal dari petunjuk Al-Qur’an – dan mana yang bathil (pengaruh animisme dan dinamisme). Akibat yang paling fatal adalah terjerumusnya sang pelaku pada perbuatan syirik.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. 4:48).

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. 39:65)

Namun pada kenyataanya, masih ada sebagian umat Islam sulit meninggalkan praktik-praktik animism tersebut. “Sudah menjadi tradisi turun temurun dan toh baik-baik saja untuk dilakukan …”, merupakan alas an yang paling afdol. Padahal Allah telah memperingatkan,

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan kepada Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (QS. 5:54). Ayat yang relevan QS. 43:24.

3. Al-Qur’an sebagai syifa’ (obat bagi penyakit rohani)

Hai, manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. 10:57)

Yang dimaksud penyakit dalam dada adalah penyekit-penyakit rohani, seperti sombong, riya’ dengki, dan lain-lain.

4. Al-Qur’an sebagai jalan lurus (keselamatan) dan mengeluarkan dari kegelapan (menjadi cahaya penerang dari tidak tahu menjadi mengerti).

Sumber:
Drs. Mahyudin HS, Reformasi Cara Memahami Al-Qur'An, Kaffah, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar