Jumat, 15 April 2011

Konsentrasi Mengingat Allah Swt dalam Shalat

Dalam buku Hadits Tsulatsa’: Ceramah-ceramah Hasan al-Banna, diungkapkan bahwa Hasan al-Banna sering mendapat pengaduan para ikhwan yang sering mengalami hati terpecah dan sulit berkonsentrasi mengingat Allah Swt dalam shalat. Menurut beliau yang perlu diperhatikan sebagai terapi yang bisa menyembuhkan atau minimal meringankan adalah hendaknya kita memahami hikmah setiap amal yang dilaksanakan dalam shalat. Bagaimana Caranya?

1. Ketika menghadap kiblat, berusahalah agar sebelum bertakbir, kita bisa mengarahkan cahaya dari hati kita sampai ke Ka’bah. Bayangkan Allah Swt memandang dan mengawasi kita.

2. Ketika membaca Al-Fatihah, ingatlah hadits qudsi berikut: “Shalat itu dibagi antara aku dan hamba-Ku. Jika hamba-Ku mengucapkan, `Bismillahirrahmaanirrahiim` , maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah menyebut-Ku`. Jika ia mengucap `Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Allah berfirman, `Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Jika hamba-Ku mengucap, ‘Ar-rahmaanirrahiim’, Allah berfirman, `Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan, `Maliki yaumiddin’, maka Allah berfirman, `Hamba-Ku telah memuliakan-Ku’. Jika ia mengucap, `Iyyaka na’budu’, Allah berfirman, `Hamba-Ku telah beribadah kapeda-Ku’. Apabila ia mengucapkan, `Wa iyyaka nasta’in’, Allah berfirman, `Hamba-Ku bertawakal pada-Ku’. Dan jika hamba-Ku mengucap, `Ihdinash shirattahl mustaqim’, Allah berfirman, `Ini adalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya’.”

Bayangkanlah di hadapan kita ada megaphone yang mengeluarkan gema dan suara berkali-kali di lingkungan Al-Mala’ul ‘Ala, dimana Allah menyebut-nyebut apa yang kita baca, insya Allah kita akan konsentrasi dengan shalat kita.


3. Ketika membaca ayat-ayat Allah setelah Al-Fatihah, maka bermunajatlah dengan “majikan” kita. Berusahalah untuk memahami makna sesuai dengan kadar kemampuan kita, tanpa memaksakan diri. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Surat Al-Qamar: 17).

4. Ketika ruku’, bayangkan seakan-akan kita tunduk memberi penghormatan pada Allah dan berbicara kepada-Nya, “Maha suci Tuhanku yang Mahaagung”. Kemudian saat bangkit dari ruku’ kita kembali memuji Allah dan yakin bahwa Allah mendengar pujian kita. “Allah mendengar siapa yang memuji-Nya. Ya Tuhanku, untuk-Mulah segala puji, seisi langit, seisi bumi, dan seisi apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu.”

5. Ketika sujud, bayangkan bahwa itulah saat kita paling dekat dengan Allah, seperti sabda Rasulullah, “Seorang hamba dalam keadaan paling dekat kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud.”

6. Kemudian saat mengangkat wajah dari sujud, kita memohon ampunan, kasih sayang dan petunjuk dari Allah. Lirihlah mengucap, “Ya Allah, ampunilah aku, limpahkanlah kasih sayang kepadaku, cukupilah aku, tunjukilah aku, serta karuniakan kesehatandan rezeki padaku.”

7. Begitu kita mengulang sesuai rakaat shalat kita. Kemudian di rakaat terakhir, kita menutup dengan tasyahud. Pengakuan bahwa segala kehormatan adalah milik Allah, pengakuan pada keesaan Allah Swt dan kerasulan Muhammad Saw.

8. Maka setelah itu keadaan kita seakan-akan orang yang baru melakukan perjalanan spiritual. Saat kita berusaha meninggalkan dunia dan “mencampakkannya”, meninggalkan manusia. Kemudian saat kita mengucap salam “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, maka pada hakikatnya kita kembali lagi kepada manusia dan melanjutkan hablum minannas dalam kehidepan kita. [Dee/berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar